Selasa, 08 Mei 2012

HR, Mr. Logical Thinking


Sabtu, 9 Juli 2011, Institut Teknologi Bandung (ITB) punya ‘gawe’. Memang tidak besar ‘gawe-nya’, namun cukup prestisius. ITB memberikan penghargaan kepada para lulusannya yang telah berprestasi. Dari sekian banyak lulusan berprestasi, Hatta Rajasa (HR) mendapat penghargaan ‘Ganesha Prajamanggala Bakti Kencana’. Penghargaan itu diberikan, karena HR dianggap berjasa dan membanggakan almamater ITB. Sebuah pesan singkat mengiringi penganugerahan itu, yaitu apa yang diraih HR patut dicontoh oleh para elit lainnya.
 
Menjabat sebagai Menko Perekonomian saat ini, HR dianggap sebagai panutan, contoh seorang teknokrat yang mampu mengolah persoalan ekonomi, sehingga mampu dirasionalisasikan dalam membangun bangsa dan Negara. Tidak banyak seorang teknokrat mampu memadukan persoalan ekonomi yang selalu diwarnai ketidakpastian, menjadi sebuah keunggulan komparatif sebuah bangsa. Saat ini, di bawah kendali seorang teknokrat, ekonomi Indonesia diperhitungkan oleh dunia. Banyak pengamat, banyak Negara, banyak pelaku ekonomi yang menganggap Indonesia akan menjadi kekuatan baru dunia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, cadangan devisa yang terus meningkat, capital inflow atau arus investasi yang sangat deras menjadi nilai plus perekonomian Indonesia di bawah kendali HR.
 
Resepnya apa? M. Nuh, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) yang datang dalam acara penganugerahan ‘Ganesha Prajamanggala Bakti Kencana’ mengatakan keunggulan orang teknik terletak pada logical thinking. Dan sebagai seorang teknokrat, HR adalah Mr. logical thinking. Karena kemampuan berpikir logis, seorang teknik seperti HR mampu menyelesaikan masalah, baik sosial, ekonomi maupun politik.
 
Apa yang dikatakan M. Nuh ada benarnya. Sebagai seorang teknik, HR mengendalikan perekonomian dengan perhitungan yang matang. Angka-angka matriks yang biasa dipelajari, ketika masih menjadi mahasiswa teknik, dipratikkan dalam penerapan hitung-hitungan ekonomi. Karena semua persoalan dilandasi pemikiran logis, perhitungan-perhitungan ekonomi sering tidak meleset. Dampaknya positifnya adalah kebijakan yang diformulakan untuk mengembangkan ekonomi, menghadapi situasi ekonomi yang kurang menguntungkan, terasa pas dan sesuai perhitungan. Kebijakan rumah murah, subsidi untuk rakyat miskin, KUR dan kebijakan pro rakyat lainnya sudah dihitung dengan matang, sehingga sasarannya benar-benar sampai ke masyarakat.
 
Banyak lagi kebijakan HR yang mengacu pada pemikiran logis. Misalnya ketika harga-harga kebutuhan pokok seperti beras, kedelai, gandum, dan lainnya mengalami kenaikan, akibat krisis pangan dunia. Untuk menekan harga, supaya tidak terus melambung, HR mengeluarkan kebijakan pembebasan bea masuk untuk bahan-bahan seperti beras, kedelai, gula dan lain sebagainya. Logikanya, dengan pembebasan  bea  masuk,  tidak  ada  alasan  bagi  pelaku pasar untuk menaikkan, karena biaya masuk barang sudah dihilangkan. Selain itu, stok bahan-bahan pangan yang dibutuhkan mengalami ketercukupan, karena tidak ada hambatan bea masuk.
 
Kebijakan pembebasan bea masuk sejumlah bahan makanan dan bahan baku industri itu ternyata terbukti ampuh meredam gejolak harga. Dampaknya pun positif, karena perekonomian terus tumbuh, inflasi bisa ditekan. Padahal di Negara luar, banyak raksasa ekonomi yang rontok dan inflasinya gila-gilaan, karena tidak mampu keluar dari persoalan krisis pangan.
 

Dan karena cara berpikirnya logis, HR tidak pernah terlihat panik dalam menghadapi banyak persoalan. Semua permasalahan bisa diperhitungan dan dikalkulasi, sehingga selalu ada jalan keluarnya. Mudah-mudahan, Mr. Logical Thinking ini bisa menjadi leader bagi bangsa Indonesia yang banyak persoalan ini. Pemikiran yang logis dan rasional akan membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi, sosial dan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photo Kegiatan 16 Mei 2012 di Aula Gerkopin Jatinangor