Senin, 25 Maret 2013

Golkar Gorontalo Dukung Hatta Jadi Capres 2014


Gorontalo - Dukungan pencalonan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa menjadi Presiden Republik Indonesia 2014 makin kuat.
Dukungan terbaru bahkan datang dari Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Gorontalo, Rusli Habibie yang juga gubernur Gorontalo.
Pernyataan dukungannya diungkapkan ketika menyampaikan pidato di hadapan 2.000 pedagang kaki lima, di alun-alun kantor bupati Gorontalo Utara, Sabtu (23/3).
Menurut Rusli, Hatta pantas menjadi kandidat presiden dan mampu menggantikan kepemimpinan saat ini.
"Walaupun saya dari Golkar tetapi beliau (Hatta Rajasa) dari PAN, mari kita berdoa mudah-mudahan Beliau jadi Presiden tahun 2014," katanya saat memberikan orasi Gerakan Pencanangan Nasional Hak-hak Pedagang Kaki Lima (PKL).
Menurut Rusli, dalam berpolitik harus mengedepankan rasa pertemanan dan bukannya sikap saling bermusuhan.
Rusli adalah gubernur Gorontalo aktif. Dia bersama jajaran kepala daerah tingkat dua se-provinsi Gorontalo menjadi tuan rumah Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI). Hatta hadir selaku ketua dewan kehormatan APKLI.
Kemenakan kandung dari mantan Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie ini, dalam orasinya mengatakan, ketika pesawat yang ditumpangi Hatta mendarat di bumi Gorontalo, langit biru menyambutnya.
Pertanda alam tersebut menjadi bukti kuat dukungan tersebut. Kata dia, terik matahari dan langit biru di Gorontalo hari ini adalah bukan suatu kebetulan. "Ini pertanda bahwa masyarakat di Gorontalo mendukung Hatta (menjadi presiden)," ujar Rusli.
Ungkapan itu disambut tepuk tangan ribuan PKL, kader PAN, dan juga masyarakat yang hadir di halaman utama kantor bupati Gorontalo utara itu.
Rusli bermaksud menganalogikan bendera partai bentukan tokoh reformasi Amien Rais itu sebagai langit biru dan menafsirkan lambang partai bergambar matahari itu sebagai sengatan matahari di bumi Gorontalo.
"Tanpa hari yang cerah seperti ini, padi dan jagung yang kami tanam, tidak akan bisa menguning dan siap untuk dipanen," ujar dia.
Di tempat yang sama, Hatta dalam sambutannya, tidak mempersoalkan adanya dukungan dari kader Partai Golkar. Ia menilai ungkapan Rusli merupakan bentuk kesantunan dalam berpolitik.
Menurut Hatta, kesantunan berpolitik adalah modal utama untuk menjadi seorang presiden. "Sinar matahari dan padi-padian yang menguning, adalah berkaitan. Keduanya juga akan saling berhubungan," kata dia.
Penulis: EF/RIN
Sumber:Investor Daily

Sabtu, 23 Maret 2013

HATTA TURUN LANGSUNG AMANKAN HARGA PANGAN


Melambungnya harga komoditas pangan, terutama bawang merah dan putih membuat pemerintah mengambil langkah tegas untuk mengatasinya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Hatta Rajasa mengatakan dirinya akan turun langsung untuk mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, harga komoditas pangan sangat sensitif, sehingga perlu tindakan cepat.
Kelangkaan, serta kenaikan harga bawang kini menjadi perhatian serius pemerintah. Saya dengan beberapa pihak terkait akan segera menyelesaikan hal tersebut dalam waktu dekat,” kata Hatta kepada wartawan, usai menjadi pembicara dalam Dialog Interaktif di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menyampaikan sudah ada langkah konkrit dalam mengatasi kenaikan harga bawang merah dan putih. Dia berharap langkah tersebut bisa efektif menekan harga komoditas pangan, khususnya bawang.
“Saya sudah mengambil langkah dan koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Perdagangan supaya sistemnya diubah.  Kita memiliki national single windows, sistem ini akan kita  gunakan, jadi tidak lagi menggunakan sistem manusia ke manusia, tapi gunakan online,” ungkap menteri penggemar lagu-lagu Broery Marantika ini.
Sebagaimana diketahui, dalam beberapa hari ini harga bawang mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dari harga normal. Misalnya untuk bawang putih, sebelumnya  hanya Rp 40.000/ kg, kini tembus sampai Rp 85.000/ kg. Begitu juga dengan bawang merah yang pada kondisi normal harganya Rp 20.000/kg, kini mencapai Rp 45.000/kg.“Kenaikan tersebut sangat mengganggu pelaku ekonomi kita, terutama yang menggunakan bahan baku bawang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” beber Hatta.
Sementara itu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2012, Indonesia mengimpor 415.000 ton bawang putih dari beberapa negara dengan nilai US$ 242,3 juta atau Rp 2,3 triliun. Mayoritas bawang putih impor berasal dari China, yaitu sebanyak 410.100 ton dengan nilai US$ 239,4 juta atau Rp 2,27 triliun. Sisanya merupakan impor dari India, Malaysia, Pakistan dan Thailand.
Meskipun terjadi kenaikan harga, namun Hatta yakin inflasi pada tahun ini akan tetap rendah. “Yang jelas inflasi bulan Maret ini lebih rendah daripada sebelumnya, karena harga-harga komoditas holtikultura sudah mulai turun. Bawang putih sudah mulai dialirkan ke beberapa daerah, jadi inflasi amanlah,” ungkap suami dari Okke Rajasa ini. Terakhir, Hatta mengatakan saat ini harga bawang sudah mulai turun, meski belum signifikan. (Sumber : Hatta Rajasa Info)

Kamis, 21 Maret 2013

HATTA RAJASA: TEMPATKAN KEPENTINGAN NASIONAL DI ATAS KEPENTINGAN PARTAI


Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa mengumpulkan seluruh pejabat eksekutif partai mulai tingkat pusat sampai daerah di seluruh Indonesia di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (3/3) malam.
Menurut Ketua DPP PAN Bara Hasibuan, dalam pertemuan itu Hatta Rajasa menginstruksikan kepada seluruh pejabat eksekutif PAN untuk menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan partai, dan terus fokus bekerja dalam mengemban amanat rakyat.
“Para pejabat eksekutif PAN diinstruksikan untuk terlibat dan aktif dalam memecahkan berbagai persoalan yang masih menghimpit rakyat. Di tengah kegaduhan politik yang sedang berlangsung ini juga diinstruksikan agar kader berperan aktif sebagai faktor perekat seluruh komponen bangsa,” kata Bara di sela pertemuan kader PAN di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (3/3).
Dia mengatakan, pertemuan ini selain untuk konsolidasi politik sekaligus pembuktian bahwa PAN tetap solid. Inisiatif pertemuan ini juga didasari situasi perpolitikan nasional yang kian dinamis menjelang Pemilihan Umum 2014.
“Ada kekhawatiran dinamika yang tinggi ini akan semakin menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para pejabat publik yang berasal dari parpol. Ada semacam persepsi bahwa pejabat di birokrasi yang berasal dari parpol seolah-olah mengabaikan tugas yang diamanatkan rakyat karena sibuk urusan partai masing-masing,” jelas Bara.
Menurutnya, seluruh kader PAN juga ditugaskan untuk berkontribusi aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif agar pencapaian dan berbagai kemajuan yang telah dicapai dapat terus berlanjut, dan tidak mengalami set back. “Yang tidak kalah penting seluruh kader PAN harus berperilaku dengan memegang etika dan moral secara penuh,” ujar Bara.
Ditambahkan Bara, pada pertemuan kader kali ini, Ketua Umum Hatta Rajasa juga menjelaskan soal delapan butir pandangan PAN yang diluncurkan beberapa waktu lalu pada temu kader tingkat nasional sebagai respon atas isu pembangunan menuju bangsa yang unggul dan berperadaban.
“Delapan butir tersebut merupakan respon atas berbagai isu strategi bangsa, menjadi pedoman bagi seluruh kader PAN dalam memecahkan persoalan bangsa serta upaya dalam menghadapi Pemilu 2014 mendatang,” tegasnya.[dem] (sumber RMOL)

ANTARA PEMIMPIN KUAT DAN MANAJER HEBAT


Sering mengemuka, Indonesia yang tak kunjung bisa keluar dari berbagai masalah yang sedang dihadapi saat ini, merupakan efek dari belum hadirnya pemimpin kuat. Pemimpin kuat sering didefinisikan sebagai sosok yang tegas, punya pengikut yang banyak dan berani dalam mengambil keputusan yang berisiko. Bahkan kadang kala, pemimpin kuat selalu diidentikkan dari sosok yang memiliki latar belakang militer. Namun betulkah pemimpin berkarakter seperti ini yang dibutuhkan untuk membawa Indonesia sebagai negara sejahtera?
Jika melongok sejarah, pemimpin yang kuat sejatinya bukan solusi untuk menghadirkan kesejahteraan bagi negeri ini. Tengok saja, bukankah Soekarno merupakan pemimpin yang kuat pada zamannya? Ia menjadi momok bagi Amerika Serikat ketika harus memilih lebih dekat dengan Blok Timur masa perang dingin. Namun apa daya, kekuatan Soekarno juga tak mampu membawa jurang kemiskinan bangsa ini ke taraf hidup yang lebih baik.
Demikian halnya dengan Soeharto. Sosok yang terkenal sebagai The Smiling Generalini juga bisa didefinisikan sebagai pemimpin yang sangat kuat dizamannya. Bahkan dengan kekuatannya, ia bisa memerintah hingga 32 tahun. Apakah Soeharto juga bisa membawa taraf hidup masyarakat secara keseluruhan pada taraf yang lebih baik?
Soekarno dan Soeharto, tentu bisa menjadi contoh representasi sebagai pemimpin yang kuat. Namun sebagaimana sering disinggung oleh Presiden SBY, pemimpin yang kuat akan cenderung mengarah ke sikap tiran.
Tentu kita masih ingat, dengan kekuatannya, Soekarno pernah mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup. Pun demikian halnya dengan Soeharto, kekuatannya digunakan untuk terus mengukuhkan kekuasaannya dengan membangun kerajaan Cendana yang tak tersentuh hukum kala itu. Meskipun, pemerintahannya dipenuhi dengan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Baru ketika pondasi kepemimpinannya rapuh digerogoti KKN, pada 1998 ketika dihantam krisis ekonomi, Soeharto harus rela turun tahta.
Memang, pada era Soeharto, kita pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Itu sebabnya, kita pernah mendapat julukan “Macan Asia”. Kita juga pernah mengalami swasembada pangan. Namun karena Soeharto terlalu kuat, peribahasa power tend to corrupt and absolute power corrupt absolutely pun hinggap dipemerintahannya.
Tak hanya didalam negeri, pemimpin kuat yang cenderung tiran juga terjadi diberbagai belahan negara di dunia. Banyak catatan seperti Musollini di Italy, Adolf Hitler di Jerman, sampai negara-negara Timur Tengah yang baru-baru ini dilanda The Arab Spring. Pemimpin yang kuat memang cenderung tiran.
Lantas apa yang dibutuhkan untuk mengelola negara agar pemimpin yang kuat tidak menjadi tiran? Jawabannya tentulah demokrasi. Dalam demokrasi, karakter pemipmpin yang kuat tak lagi menjadi faktor dominan dalam menentukan kesejahteraan rakyatnya. Yang dibutuhkan adalah kekuatan lembaga pengontrol kekuasaan yang bekerja baik. Harus ada keseimbangan dalam menjalankan fungsinya antara lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif. Diluar itu, pers menjadi pilar keempat yang harus mengontrol tiga lembaga resmi negara ini.
Itu sebabnya, dalam negara demokrasi, pemimpin yang dibutuhkan adalah seorang manajer yang hebat. Manajer yang dimaksud adalah sosok yang bisa menjadi dirijen lembaga-lembaga ini agar bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Dengan demikian, seorang pemimpin yang memiliki karakter manajer hebat akan dapat mengkoordinasikan semua kepentingan yang bisa menjadikan negara sebagai alat untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Lantas, siapa sosok pemimpin yang memiliki karakter manajer hebat? Dalam konteks politik kekinian, hemat saya, setidaknya ada dua nama yang bisa kita sebut sebagai menajer hebat. Pertama adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Kedua adalah Menko Perekonomian, Hatta rajasa.
Sebagaimana kita ketahui, sosok Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi, menjadi sosok pemimpin yang terkesan secara fisik “lembek”. Namun ditengah kesan “lembek” tersebut, Jokowo merupakan sosok manajer yang sangat hebat. Buktinya, Solo bisa menjadi kota yang dari bukan apa-apa menjadi sangat terkenal di dunia. Dan Jakarta dengan seribu permasalahannya, secara bertahap bisa memberikan harapan perbaikan dibawah kendalinya.
Demikian halnya dengan sosok Hatta Rajasa. Meski bukan ahli ekonomi, ternyata perannya sebagai Menko Perekonomian berhasil mengkoordinasikan kementrian-kementrian yang ada dibawahnya. Dibawah kendali Hatta, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ekonomi Indonesia diprediksi akan terus tumbuh di masa mendatang. Dengan kerja kerasnya, Hatta berhasil menjawab pesimisme pembangunan ekonomi menjadi sesuatu yang sangat mengesankan.
Sosok-sosok seperti inilah yang sejatinya dibutuhkan oleh Indonesia di masa depan. Meski bukan sosok yang bisa didefinisikan sebagai pemimpin kuat, namun dengan pemimpin berkemampuan manjerial handal, demokrasi akan menjadi alat yang sangat sahih guna mengantarkan Indonesia menjadi negara yang betul-betul bisa meningkatkan taraf hidup masyarakatnya pada posisi yang sangat layak.
Jadi, bukan kita alergi dengan pemimpin kuat, namun yang dibutuhkan saat ini adalah tipe pemimpin dengan keahlian manajerial hebat. Karena demokrasi sejatinya sangat membutuhkan karakter kepemimpinan seperti ini. (Hatta-rajasa.info)

Photo Kegiatan 16 Mei 2012 di Aula Gerkopin Jatinangor