Kamis, 21 Maret 2013

ANTARA PEMIMPIN KUAT DAN MANAJER HEBAT


Sering mengemuka, Indonesia yang tak kunjung bisa keluar dari berbagai masalah yang sedang dihadapi saat ini, merupakan efek dari belum hadirnya pemimpin kuat. Pemimpin kuat sering didefinisikan sebagai sosok yang tegas, punya pengikut yang banyak dan berani dalam mengambil keputusan yang berisiko. Bahkan kadang kala, pemimpin kuat selalu diidentikkan dari sosok yang memiliki latar belakang militer. Namun betulkah pemimpin berkarakter seperti ini yang dibutuhkan untuk membawa Indonesia sebagai negara sejahtera?
Jika melongok sejarah, pemimpin yang kuat sejatinya bukan solusi untuk menghadirkan kesejahteraan bagi negeri ini. Tengok saja, bukankah Soekarno merupakan pemimpin yang kuat pada zamannya? Ia menjadi momok bagi Amerika Serikat ketika harus memilih lebih dekat dengan Blok Timur masa perang dingin. Namun apa daya, kekuatan Soekarno juga tak mampu membawa jurang kemiskinan bangsa ini ke taraf hidup yang lebih baik.
Demikian halnya dengan Soeharto. Sosok yang terkenal sebagai The Smiling Generalini juga bisa didefinisikan sebagai pemimpin yang sangat kuat dizamannya. Bahkan dengan kekuatannya, ia bisa memerintah hingga 32 tahun. Apakah Soeharto juga bisa membawa taraf hidup masyarakat secara keseluruhan pada taraf yang lebih baik?
Soekarno dan Soeharto, tentu bisa menjadi contoh representasi sebagai pemimpin yang kuat. Namun sebagaimana sering disinggung oleh Presiden SBY, pemimpin yang kuat akan cenderung mengarah ke sikap tiran.
Tentu kita masih ingat, dengan kekuatannya, Soekarno pernah mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup. Pun demikian halnya dengan Soeharto, kekuatannya digunakan untuk terus mengukuhkan kekuasaannya dengan membangun kerajaan Cendana yang tak tersentuh hukum kala itu. Meskipun, pemerintahannya dipenuhi dengan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Baru ketika pondasi kepemimpinannya rapuh digerogoti KKN, pada 1998 ketika dihantam krisis ekonomi, Soeharto harus rela turun tahta.
Memang, pada era Soeharto, kita pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Itu sebabnya, kita pernah mendapat julukan “Macan Asia”. Kita juga pernah mengalami swasembada pangan. Namun karena Soeharto terlalu kuat, peribahasa power tend to corrupt and absolute power corrupt absolutely pun hinggap dipemerintahannya.
Tak hanya didalam negeri, pemimpin kuat yang cenderung tiran juga terjadi diberbagai belahan negara di dunia. Banyak catatan seperti Musollini di Italy, Adolf Hitler di Jerman, sampai negara-negara Timur Tengah yang baru-baru ini dilanda The Arab Spring. Pemimpin yang kuat memang cenderung tiran.
Lantas apa yang dibutuhkan untuk mengelola negara agar pemimpin yang kuat tidak menjadi tiran? Jawabannya tentulah demokrasi. Dalam demokrasi, karakter pemipmpin yang kuat tak lagi menjadi faktor dominan dalam menentukan kesejahteraan rakyatnya. Yang dibutuhkan adalah kekuatan lembaga pengontrol kekuasaan yang bekerja baik. Harus ada keseimbangan dalam menjalankan fungsinya antara lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif. Diluar itu, pers menjadi pilar keempat yang harus mengontrol tiga lembaga resmi negara ini.
Itu sebabnya, dalam negara demokrasi, pemimpin yang dibutuhkan adalah seorang manajer yang hebat. Manajer yang dimaksud adalah sosok yang bisa menjadi dirijen lembaga-lembaga ini agar bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Dengan demikian, seorang pemimpin yang memiliki karakter manajer hebat akan dapat mengkoordinasikan semua kepentingan yang bisa menjadikan negara sebagai alat untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Lantas, siapa sosok pemimpin yang memiliki karakter manajer hebat? Dalam konteks politik kekinian, hemat saya, setidaknya ada dua nama yang bisa kita sebut sebagai menajer hebat. Pertama adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Kedua adalah Menko Perekonomian, Hatta rajasa.
Sebagaimana kita ketahui, sosok Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi, menjadi sosok pemimpin yang terkesan secara fisik “lembek”. Namun ditengah kesan “lembek” tersebut, Jokowo merupakan sosok manajer yang sangat hebat. Buktinya, Solo bisa menjadi kota yang dari bukan apa-apa menjadi sangat terkenal di dunia. Dan Jakarta dengan seribu permasalahannya, secara bertahap bisa memberikan harapan perbaikan dibawah kendalinya.
Demikian halnya dengan sosok Hatta Rajasa. Meski bukan ahli ekonomi, ternyata perannya sebagai Menko Perekonomian berhasil mengkoordinasikan kementrian-kementrian yang ada dibawahnya. Dibawah kendali Hatta, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ekonomi Indonesia diprediksi akan terus tumbuh di masa mendatang. Dengan kerja kerasnya, Hatta berhasil menjawab pesimisme pembangunan ekonomi menjadi sesuatu yang sangat mengesankan.
Sosok-sosok seperti inilah yang sejatinya dibutuhkan oleh Indonesia di masa depan. Meski bukan sosok yang bisa didefinisikan sebagai pemimpin kuat, namun dengan pemimpin berkemampuan manjerial handal, demokrasi akan menjadi alat yang sangat sahih guna mengantarkan Indonesia menjadi negara yang betul-betul bisa meningkatkan taraf hidup masyarakatnya pada posisi yang sangat layak.
Jadi, bukan kita alergi dengan pemimpin kuat, namun yang dibutuhkan saat ini adalah tipe pemimpin dengan keahlian manajerial hebat. Karena demokrasi sejatinya sangat membutuhkan karakter kepemimpinan seperti ini. (Hatta-rajasa.info)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photo Kegiatan 16 Mei 2012 di Aula Gerkopin Jatinangor